Skip to main content Skip to search Skip to header Skip to footer

Mencari Kebenaran

Dari Bentara Ilmupengetahuan Kristen - 1 Juni 2012

Diterjemahkan dari The Christian Science Journal, edisi Maret 2008


Saya selalu percaya bahwa Allah itu ada, atau setidaknya saya merasa ada sesuatu yang lebih besar dari kita semua. Tetapi saat menginjak dewasa, pemahaman saya tentang Allah berubah  menjadi Allah yang suka menghukum. Sebenarnya saya takut sekali kepada Allah. Di satu pihak saya merasa bahwa Allah ada di sisi saya, tetapi di lain pihak, saya merasa hal-hal yang buruk akan terjadi jika saya melakukan sesuatu kesalahan.

Baru setahun yang lalu (empat tahun setelah belajar tentang Ilmupengetahuan Kristen) saya dapat mengatasi pemikiran bahwa Allah suka menghukum. Sesunguhnya saya masih berusaha mengatasinya—berusaha memahami bahwa Allah mengasihi tanpa syarat, seperti seorang ibu atau ayah. Secara teori saya mengetahui hal tersebut, tetapi dalam prakteknya, saya sering takut akan dihukum. Saya masih terus meningkatkan pemahaman saya mengenai dalamnya kasih Allah yang tidak bersyarat.

Sebagai jemaat Church of England, keluarga saya selalu aktif dalam kegiatan gereja setempat, dan sewaktu muda saya ke Sekolah Minggu dan ikut dalam kegiatan remaja di gereja itu. Saya juga membaca Alkitab, dan merasa bahwa semua yang tertulis di situ benar adanya.  Sejak awal—sejak berumur sekitar sepuluh tahun—saya ingat mendapatkan ilham ilahi yang kuat,  yang umumnya berkaitan dengan alam dan alam semesta. Ilham tentang Allah ini datang kepada saya beberapa kali.  

Pada suatu hari Paskah beberapa tahun yang lalu, di rumah orang tua saya di Birmingham, sekali lagi saya mendapat ilham yang kuat dan merasakan keinginan untuk menemukan kebenaran mengenai alam semesta. Saya sudah membaca buku yang agak aneh tentang ilmu kimia, yang membuat saya berpikir tentang kebenaran serta kuasa rohaniah.  Pagi itu saya pergi ke perpustakaan setempat dan melihat-lihat buku tentang  ilmu pengetahuan.  Tetapi tidak ada yang menarik perhatian saya. Lalu saya pergi ke bagian buku-buku tentang agama, karena saya merasa bahwa kebenaran menjembatani yang ilmiah dan yang rohaniah.

Saya mengambil dua buku dari perpustakaan itu—satu buku lain tentang ilmu kimia dan buku yang kelihatannya sering dibaca berjudul Ilmupengetahuan dan Kesehatan dengan Kunci untuk Kitab Suci, karangan Mary Baker Eddy. Setelah sedikit membacanya, buku kimia itu ternyata tidak menarik bagi saya, oleh karena itu saya mulai membaca Ilmupengetahuan dan Kesehatan. Dari awal saya sangat terkesan dengan ide untuk dapat menyembuhkan orang sakit melalui Allah. Saya ingat, bahwa waktu lebih muda saya membayangkan diri saya memiliki pengetahuan seperti itu dan percaya bahwa Allah ada, sehingga saya dapat menyembuhkan seperti yang dilakukan Yesus.

Saya merasa, bahwa jika Allah ada, maka haruslah mungkin melakukan hal-hal “supranatural” seperti tertulis dalam Alkitab, dengan cara senantiasa bekerja dengan Allah sampai kita percaya akan kehadiranNya sehingga tidak ada keraguan di dalam diri kita  bahwa kita dapat melakukannya. Yesus mengatakan bahwa jika mempunyai iman sebesar biji sesawi kita dapat memindahkan gunung, dan itu merupakan petikan dari Alkitab yang sangat menarik perhatian saya. Saya hanya tidak mengetahui bagaimana mencapai keadaan tersebut.  

Oleh karena itu membaca buku Ilmupengetahuan dan Kesehatan sangatlah menarik. Saya merasa yakin bahwa buku ini menyatakan kebenaran. Saya membaca buku tersebut sampai habis dua kali lagi, dan menggunakan dua tahun berikutnya merenungkan  apa yang tertulis di dalamnya, dan tidak dapat menemukan kesalahan dalam buku itu. Saya juga merasa bahwa Allah telah membimbing saya kepada buku tersebut. Tetapi baru setelah saya mulai membaca majalah The Christian Science Journal dan Christian Science Sentinel (kurang lebih enam bulan setelah menemukan Ilmupengetahuana dan Kesehatan) saya mulai memahami bagaimana mempraktekkan Ilmupengetahuan itu. Ketika membaca bagaimana orang lain mempraktekkannya, saya berpikir, Oh, sebenarnya itu cukup mudah. Meskipun demikian, baru sesudah saya mengikuti pelajaran kursus kira-kira satu setengah tahun yang lalu, saya memperoleh penegasan bagaimana mempraktekkannya secara efektif.

Setelah mulai membaca Ilmupengetahuan dan Kesehatan, saya bersemangat untuk membicarakan ide-ide dalam buku itu dengan orang lain, dan tidak lama kemudian, secara tidak terduga saya menemukan suatu gereja cabang Ilmupengetahuan Kristen di Liverpool. Setelah menghadiri suatu kebaktian hari Minggu, saya merasa bahwa inilah gereja yang ingin saya hadiri seterusnya. Kira-kira dua atau tiga tahun yang lalu saya menjadi angota gereja tersebut dan menjadi penerima tamu dan melakukan tugas-tugas yang lain. Beberapa bulan yang lalu saya mulai mengajar di Sekolah Minggu.

Setelah mengenal Ilmupengetahuan Kristen, saya mendapat banyak kesempatan untuk mempraktekkan kebenaran universal yang diajarkannya, terutama di bidang akademik. Misalnya, saya selalu menganggap diri saya cukup cerdas, tetapi nilai-nilai saya menunjukkan bahwa saya hanyalah mahasiswa yang sedang-sedang saja. Dan saya pikir saya tidak dapat lebih baik dari itu.

Tetapi sejak itu saya menyadari bahwa hanya ada satu Budi [Allah] dan Budi itu adalah kecerdasan yang tidak berhingga. Selain itu, Budi ini memberikan ide-ide yang kita perlukan, sehingga kecerdasan kita tidak mempunyai batas. Ini tidak berarti dengan serta merta kita menjadi pakar yang pantas mendapat hadiah Nobel, tetapi kita tidak perlu membatasi kemampuan kita. Berdoa dari dasar rohaniah ini sangat membantu saya. Saya mengalami kemajuan di sekolah dan nilai-nilai saya naik.  

Saya ingat suatu saat di tahun ketiga saya mengambil gelar S2, saya harus menulis esai tentang teori tata-kota. Selama menulis esai tersebut saya berdoa dengan ide-ide yang saya kemukakan sebelumnya, bahwa Allah adalah sumber kecerdasan saya, dan saya merasa sangat diilhami. Ternyata saya mendapat nilai yang sangat tinggi—nilai tertinggi yang pernah saya dapatkan dalam mata pelajaran tersebut. Berdasarkan nilai tersebut, guru besar yang mengajar saya merekomendasikan agar saya mengambil gelar PhD, yang saat ini sedang saya tekuni.

Gereja sudah selalu merupakan bagian hidup saya, dan sekarang pun tetap demikian. Saya menyukai rasa kebersamaan dalam komunitas gereja. Seringkali hal tersebut merupakan sumber kekuatan bagi orang yang menghadapi saat-saat sulit. Saya rasa, pada akhirnya gereja dimaksudkan untuk mengulurkan tangan kepada kita dan membantu kita memahami Allah dan diri kita sendiri.

Saya rasa yang dapat diberikan gereja Ilmupengetahuan Kristen secara khusus adalah kuasa doa. Dulu doa saya penuh iman, tetapi belum tentu penuh keyakinan. Tetapi kalau kita memahami Allah, dan cara doa bekerja—dan bahwa doa akan bekerja—doa memiliki potensi untuk mendatangkan pengaruh positif yang membawa kebaikan kepada masyarakat kita.

Kira-kira setahun yang lalu, beberapa anggota gereja cabang di Liverpool membentuk suatu kelompok doa untuk menangani masalah di kota kami. Menurut data statistik,  Liverpool merupakan kota dengan angka kejahatan dan kemiskinan tertinggi di Inggris. Kelompok kami bertemu secara teratur dan memilih masalah yang perlu disembuhkan dalam masyarakat kami, misalnya kemiskinan. Kami akan berdoa mengenai hal itu secara perorangan dan spesifik, lalu berkumpul untuk saling berbagi ide dan doa kami.

Saya baru-baru ini membaca kembali definisi gerejadalam buku Ilmupengetahuan dan Kesehatan. Mary Baker Eddy menulis, “Gereja adalah lembaga yang memberi bukti tentang gunanya ...” Saya pikir, itu suatu lembaga, di mana Kebenaran memancarkan cahaya rohaniahnya kepada masyarakat dan kepada dunia. Ny. Eddy juga mendefinisikan gereja, antara lain, sebagai “Bangunan Kebenaran dan Kasih…” (hlm. 583). Hal ini mengingatkan saya kepada sebuah nyanyian di Buku Nyanyian Ilmupengetahuan Kristen yang menyatakan, “siapkan jalan, saluran, / Bagi kasih TUHAN” (No. 182). Secara  pasti saya telah menemukan bahwa gereja merupakan salah satu saluran utama bagi Kasih ini. 

Misi Bentara

Pada tahun 1903, Mary Baker Eddy mendirikan Bentara Ilmupengetahuan Kristen. Tujuannya: “untuk memberitakan kegiatan serta ketersediaan universal dari Kebenaran.” Definisi “bentara” dalam sebuah kamus adalah “pendahulu—utusan yang dikirim terlebih dahulu untuk memberitakan hal yang akan segera mengikutinya,” memberikan makna khusus pada nama Bentara dan selain itu menunjuk kepada kewajiban kita, kewajiban setiap orang, untuk memastikan bahwa Bentara memenuhi tugasnya, suatu tugas yang tidak dapat dipisahkan dari Kristus dan yang pertama kali disampaikan oleh Yesus (Markus 16:15), “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”

Mary Sands Lee, Christian Science Sentinel, 7 Juli 1956

Belajar lebih lanjut tentang Bentara dan Misinya.